Pilih Mobil Bensin, Hybrid, atau EV? Ini Kata Om Ditra Yuda di #InternusaTalks! - Hyundai Internusa

Pilih Mobil Bensin, Hybrid, atau EV? Ini Kata Om Ditra Yuda di #InternusaTalks!

Dalam sesi #NgobrolSantai di Internusa Talks, Hyundai Internusa menghadirkan pembahasan ringan namun penuh wawasan seputar pilihan mobil berbasis teknologi modern: bensin, hybrid, dan electric vehicle (EV). Dipandu oleh Rizka, acara ini menghadirkan seorang praktisi otomotif, Om Ditra, yang membagikan pengalaman serta pandangannya terkait perkembangan teknologi kendaraan di Indonesia.


Bensin: Tetap Punya “Nyawa” yang Sulit Digantikan

Om Ditra yang saat ini masih setia menggunakan mobil bermesin bensin mengaku bahwa suara dan karakter mesin adalah hal yang membuatnya sulit berpaling. Meski harga bahan bakar sering mengalami kenaikan, menurutnya hal itu bukan masalah utama—yang penting bensin tersedia.

Namun ia tidak menutup kemungkinan pindah ke listrik beberapa tahun ke depan ketika infrastruktur semakin matang.


Hybrid: Solusi Transisi Paling Ideal

Menurut Om Ditra, mobil hybrid adalah “jalan tengah” antara bensin dan EV. Ada tiga jenis hybrid:

  1. Hybrid Paralel – seperti yang digunakan Hyundai Santa Fe dan Palisade, menggunakan mesin dan baterai secara bergantian.

  2. Hybrid Series – mesin bensin berfungsi utama untuk mengisi baterai.

  3. Plug-in Hybrid (PHEV) – bisa mengisi baterai via colokan listrik dan tetap menggunakan bensin.

Dari pengalamannya mudik menggunakan Santa Fe Hybrid, konsumsi BBM bisa tembus 1:20 hingga 1:21 km/l, jauh lebih irit daripada mesin bensin konvensional yang biasanya hanya 1:12–13.


EV: Booming, Irit, Tapi Masih Banyak PR

Booming mobil listrik menurutnya dimulai sejak hadirnya Hyundai Ioniq 5. Kini, pilihan EV semakin banyak dan harganya makin terjangkau bahkan di bawah Rp300 jutaan.

Kelebihan EV menurut Om Ditra:

  • Pajak tahunan sangat murah (sekitar 1 juta rupiah).

  • Bebas ganjil-genap.

  • Biaya pengisian jauh lebih hemat — baterai 50 kWh hanya sekitar Rp150 ribu untuk full charge.

Namun ada tantangan besar:

  1. Infrastruktur charging belum merata, terlebih di daerah.

  2. Antrean SPKLU di kota besar, terutama pada malam hari atau saat digunakan taksi listrik.

  3. Isu jangka panjang seperti limbah baterai setelah 5–10 tahun.

  4. Risiko macet saat mudik bila mayoritas kendaraan adalah EV.

Meski begitu, banyak pengguna kota besar sudah berani menjadikan EV sebagai mobil utama, bukan sekadar mobil kedua.


Wall Charger vs Portable Charger

Dulu banyak merek menawarkan free wall charger, namun kini kebanyakan hanya memberikan portable charger.
Menurut Om Ditra, wall charger ideal dipasang di rumah untuk menghindari antrean SPKLU, tapi portable charger pun bisa dipakai asalkan memperhatikan daya listrik rumah.


Kesimpulan: Pilihan Kembali ke Kebutuhan

Dari obrolan santai ini, ada beberapa poin penting:

  • Mobil bensin masih unggul soal sensasi berkendara dan kepraktisan jarak jauh.

  • Hybrid cocok untuk yang ingin hemat BBM tanpa kehilangan feel mesin.

  • EV ideal untuk aktivitas harian di kota besar dengan infrastruktur memadai.

Setiap jenis punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan, lokasi tinggal, dan gaya hidup pengguna.

Informasi lengkap dapat tonton Full Video di Youtube Hyundai Internusa : https://www.youtube.com/watch?v=HVCgAhc2vf8

Scroll to Top